Rabu, 16 Desember 2009

Student centered Approach

Prinsip student-centered ditujukan kepada siswa. Sebuah studi, persepsi murid terhadap lingkungan pembelajaran yang positif dan hubungan interpersonal dengan guru merupakan faktor yang paling penting yang memperkuat motivasi dan prestasi murid (McCombs, 2001; McCombs & Quiat, 2001). Prinsip ini menekankan pembelajaran dan pelajar yang aktif dan reflektif. Prinsip student-centered dapat diklasifikasikan menjadi 4 faktor:
1. Faktor Kognitif dan Metakognitif

a. Sifat proses pembelajaran.
Pembelajaran yang baik adalah pelajar yang aktif, punya tujuan, mampu mengatur diri mereka sendiri, dan bertanggung jawab terhadap pembelajaran mereka sendiri.

b. Tujuan proses pembelajaran.
Murid memiliki tujuan yang relevan secara personal. Murid membuat tujuan-tujuan jangka pendek, dengan seiring berjalannya waktu mereka meningkatkan pengetahuan dan memperdalam pemahaman mengenai konsep-konsep, sehingga mereka dapat mencapai tujuan jangka panjang. Tugas guru disini adalah membantu murid untuk menentukan jangka panjang dan jangka pendek yang bermakna.

c. Kontruksi pengetahuan
Murid menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Pengetahuan akan bertambah luas dan makin mendalam dengan membangun hubungan antara informasi baru dengan pengalaman dan pengetahuan yang sudah ada.

d. Pemikiran strategis
Murid hendaknya menciptakan dan menggunakan berbagai strategi pemikiran dan penalaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Murid terus menerus mengembangkan keterampilan strategis dengan mengevaluasi strategi pemikiran yang mereka gunakan sebelumnya.

e. Metakognisi ( Memikiran tentang pemikiran )
Murid menciptakan cara mereka belajar dan berpikir untuk menuju tujuan pembelajaran.
Murid mengetahui apa yang harus dilakukan ketika muncul masalah atau ketika mereka tidak membuat kemajuan yang berarti mereka mencari alternatif lain untuk membuat suatu kemajuan.

f. Konteks pembelajaran
Pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti budaya, teknologi, dan praktik instruksional.


2. Faktor motivasi dan emosional
a. Pengaruh motivasi dan emosi terhadap pembelajaran.
Emosi positif seperti rasa ingin tahu, akan membantu seseorang untuk memperlancar proses belajar. Kecemasan yang moderat pun dapat memperbaiki pembelajaran. Namun, emosi negatif yang parah seperti kecemasan yang besar, panik, kemarahan, dan pemikiran yang terkait dengan emosi negatif lainnya ( takut berlebihan, takut gagal, dan takut hukuman ) dapat melemahkan permbelajaran.

b. Motivasi intrinsik untuk belajar.
Adalah motivasi dari diri sendiri ( self-determined ). Guru merangsang motivasi intrinsik anak dengan mendukung rasa ingin tahu dan peka terhadap perbedaan individual.

c. Efek motivasi terhadap usaha.
Usaha adalah aspek penting dalam motivasi.

3. Faktor sosial dan developmental.
a. Pengaruh perkembangan terhadap pembelajaran.
Perkembangan fisik, kognitif, dan domain sosioemosional individu bervariasi, maka prestasi juga bervariasi. Perkembangan dipengaruhi oleh sekolah, keluarga, komunitas, dan budaya. Keterlibatan orang tua yang positif dan secara kontinu dalam pembelajaran anak dan sekolah akan bermanfaat bagi perkembangan anak.

b. Pengaruh sosial terhadap perkembangan.
Pembelajaran dipengaruhi oleh interaksi sosial, hubungan interpersonal, dan komunikasi dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang berkualitas dapat menghasilkan rasa percaya diri dan perhatian sehingga meningkatkan rasa memiliki, penghargaan diri, penerimaan diri, dan menghasilkan iklim pembelajaran yang positif.

4. Faktor perbedaan individual.
a. Perbedaan individual dalam pembelajaran.
Setiap individu memiliki strategi yang berbeda, pendekatan berbeda, dan kemampuan berbeda untuk belajar. Perbedaan ini karena adanya perbedaan pengalaman dan hereditas. Tiap individu akan memilih cara sendiri untuk belajar dan langkah yang diambil dalam belajar.

b. Pembelajaran dan diversitas.
Pembelajaran akan lebih efektif jika perbedaan bahasa, kultural, dan latar belakang sosial individu ikut dipertimbangkan. Guru perlu sensitif terhadap variasi tersebut. Apabila perbedaan individual dan latar belakang individu lebih dihargai dan diakomodasikan maka motivasi dan prestasi mereka biasanya bertambah.

c. Standar dan penilaian.
Menentukan standar yang tinggi dan menantang, dan menilai kemajuan pembelajaran adalah bagian integral dari proses pembelajaran.

Beberapa strategi instruksional student-centered
1. Pembelajaran berbasis problem.
Metode ini menekankan pada pemecahan problem kehidupan nyata. Siswa seringkali dihadapkan kepada masalah konkret sehari-hari. Dengan demikian diharapkan siswa sudah terbiasa manangani sebuah isu dan kemudian memecahkan masalah.

2. Pertanyaan esensial.
Adalah pertanyaan yang merefleksikan inti dari kurikulum. Pertanyaan esensial akan membuat murid bingung yang merangsang mereka untuk berpikir, dan memotivasi rasa ingin tahu mereka.

3. Pembelajaran penemuan.
Pembelajaran dimana murid menyusun pemahaman sendiri. Pembelajaran ini mendorong murid untuk berpikir sendiri dan menemukan cara menyusun dan mendapatkan pengetahuan. Guru memfasilitasi pembelajaran dengan memberikan aktivitas yang merangsang murid untuk mencari tahu.

Evaluasi student-centered approach.
1. Pendekatan ini mendorong murid secara aktif menyusun pemahaman, menentukan tujuan dan rencana, berpikir mendalam dan kreatif, memecahkan masalah konkret, mengembangkan rasa percaya diri, memotivasi diri sendiri, mengontrol emosi, belajar, bekerja sama secara efektif dengan orang lain, mengevaluasi diri dan memenuhi standar.

2. Metode ini tidak cocok untuk pengajaran awal karena murid belum memiliki pengetahuan yang mantap untuk membuat keputusan tentang bagaimana dan apa yang harus mereka pelajari.

Daftar pustaka :
Santrock. J. W. (2008). Educational psychology (edisi ke-2). New York: McGraw-Hill

Tidak ada komentar:

Posting Komentar